.
Masa remaja adalah periode transisi dari anak-anak ke dewasa. Remaja mulai banyak terpengaruh faktor lingkungan dan sudah memiliki sosok yang dimaunya seperti penyanyi top, politisi, tokoh agama dan lainnya.
Usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan dalam aspek kognitif, emosi dan sosial. Namun proses pematangan fisik pada remaja terjadi lebih cepat dari proses pematangan psikologinya.
Hal ini sering menyebabkan berbagai masalah. Di satu sisi remaja sudah merasa matang secara fisik dan ingin bebas dan mandiri. Di sisi lain mereka tetap membutuhkan bantuan, dukungan, serta perlindungan orang tua.
Orang tua sering tidak paham dengan perubahan yang terjadi pada remaja sehingga tidak jarang terjadi konflik di antara keduanya. Karena merasa tidak dimengerti remaja seringkali memperlihatkan tindakan agresif yang dapat mengarah pada perilaku berisiko tinggi.
perilaku-perilaku menyimpang pada remaja disebabkan antara lain:
Penggunaan narkoba
Remaja yang menggunakan narkoba bukan berarti memiliki moral yang lemah. Banyaknya zat candu yang terdapat pada narkoba membuat remaja sulit melepaskan diri dari jerat narkoba jika tidak dibantu orang-orang sekelilingnya.
Zat kokain dan methamphetamine yang terdapat dalam narkoba akan memunculkan energi dan semangat dalam waktu cepat. Sedangkan heroin, benzodiazepines dan oxycontin membuat perasaan tenang dan rileks dalam otak. Ketika otak sudah tidak menerima lagi asupan zat-zat tersebut, maka akan timbul rasa sakit dan itulah yang membuat seseorang kecanduan.
Mengonsumsi alkohol
Alkohol merupakan substansi utama yang paling banyak digunakan remaja dan sering berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor yang merupakan penyebab utama kematian remaja. Menurut Clinical and Experimental Research, remaja yang mengonsumsi alkohol, daya ingatnya akan berkurang hingga 10 persen.
Hubungan Seksual Pra Nikah
Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca buku porno dan menonton blue film. Adapun motivasi utama melakukan senggama adalah suka sama suka, pengaruh teman, kebutuhan biologis dan merasa kurang taat pada nilai agama.
Aborsi
Saat ini tiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah. Jika dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Survei Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia menemukan jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 2,3 juta dan 30% di antaranya dilakukan oleh remaja.
Menurut National Abortion Federation, sebanyak 4 dari 5 wanita di Amerika telah melakukan hubungan seks sebelum usia 20 tahun, dan sebanyak 70 persennya adalah remaja. Karena mental yang belum siap, mereka pun melakukan aborsi. Pengetahuan seks yang kurang menjadi salah satu pemicunya.
Kecanduan Game
Terlalu sering bermain game akan membahayakan fisik dan psikologisnya. Seperti dikutip dari PsychiatricTime, alasan anak-anak bermain game adalah ingin mencoba sesuatu yang baru dan untuk menghilangkan stres akibat tugas sekolah atau karena suatu masalah.
.
Perubahan ideologi
Masa remaja sering dikaitkan dengan masa mencari jati diri. Akibatnya mereka mudah dimasuki ideologi-ideologi dari luar dan jika ideologi itu terus dipupuk akan menyebabkan sifat idealis di kemudian hari. Sifat idealis yang terus berkembang bisa menyebabkan perbedaan pandangan dengan keluarga, dan akhirnya remaja memilih melepas keluarga dan melanjutkan ideologinya.
Perbedaan struktur otak.
Remaja putri yang mempunyai sikap anti-sosial dan masalah perilaku ternyata memiliki struktur otak yang berbeda dibandingkan remaja biasa lainnya.
Hal ini ditemukan melalui penelitian terhadap 40 remaja putri yang diterbitkan dalam The Journal of Child Psychology and Pcychiatry. Mereka melakukan pemindaian terhadap otak 22 remaja yang memiliki kelainan perilaku dan 20 remaja yang berperilaku biasa.
Penelitian ini menemukan adanya perbedaan struktur otak yang berkaitan dengan wilayah empati dan emosi. Bagian amygdala pada remaja putri yang memiliki masalah perilaku lebih kecil dibandingkan dengan remaja putri yang tidak memiliki masalah perilaku.
Amygdala adalah bagian otak yang berkaitan dengan rasa takut atau merasakan ketakutan orang lain pada diri remaja tersebut. Sementara itu, bagian lain yang disebut insula pada remaja putri bermasalah juga lebih kecil. Insula berkaitan dengan emosi dan pemahaman terhadap perasaan orang lain.
Sebelumnya, penelitian serupa juga menemukan hasil yang sama pada remaja laki-laki.
"Penyebab perubahan struktur otak ini bisa dikarenakan kelainan sejak lahir, yaitu adanya disfungsi otak. Namun juga bisa diakibatkan oleh pengaruh lingkungan yang menekan anak sejak kecil," jelas Dr Andy Calder, seperti dilansir oleh BBC (22/10).
Peneliti menyarankan agar orang tua melakukan pemindaian otak sejak dini untuk mengetahui risiko kelainan perilaku pada remaja. Pemindaian juga bisa dilakukan ketika remaja mulai bermasalah dengan perilaku, sebelum membawa mereka ke psikolog.sebagai orang tua kita harus lebih peka mendeteksi perkembangan anak dan remaja sehingga penyimpangan yang terjadi dapat diatasi sedini mungkin.
Masa remaja adalah periode transisi dari anak-anak ke dewasa. Remaja mulai banyak terpengaruh faktor lingkungan dan sudah memiliki sosok yang dimaunya seperti penyanyi top, politisi, tokoh agama dan lainnya.
Usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan dalam aspek kognitif, emosi dan sosial. Namun proses pematangan fisik pada remaja terjadi lebih cepat dari proses pematangan psikologinya.
Hal ini sering menyebabkan berbagai masalah. Di satu sisi remaja sudah merasa matang secara fisik dan ingin bebas dan mandiri. Di sisi lain mereka tetap membutuhkan bantuan, dukungan, serta perlindungan orang tua.
Orang tua sering tidak paham dengan perubahan yang terjadi pada remaja sehingga tidak jarang terjadi konflik di antara keduanya. Karena merasa tidak dimengerti remaja seringkali memperlihatkan tindakan agresif yang dapat mengarah pada perilaku berisiko tinggi.
perilaku-perilaku menyimpang pada remaja disebabkan antara lain:
Penggunaan narkoba
Remaja yang menggunakan narkoba bukan berarti memiliki moral yang lemah. Banyaknya zat candu yang terdapat pada narkoba membuat remaja sulit melepaskan diri dari jerat narkoba jika tidak dibantu orang-orang sekelilingnya.
Zat kokain dan methamphetamine yang terdapat dalam narkoba akan memunculkan energi dan semangat dalam waktu cepat. Sedangkan heroin, benzodiazepines dan oxycontin membuat perasaan tenang dan rileks dalam otak. Ketika otak sudah tidak menerima lagi asupan zat-zat tersebut, maka akan timbul rasa sakit dan itulah yang membuat seseorang kecanduan.
Mengonsumsi alkohol
Alkohol merupakan substansi utama yang paling banyak digunakan remaja dan sering berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor yang merupakan penyebab utama kematian remaja. Menurut Clinical and Experimental Research, remaja yang mengonsumsi alkohol, daya ingatnya akan berkurang hingga 10 persen.
Hubungan Seksual Pra Nikah
Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca buku porno dan menonton blue film. Adapun motivasi utama melakukan senggama adalah suka sama suka, pengaruh teman, kebutuhan biologis dan merasa kurang taat pada nilai agama.
Aborsi
Saat ini tiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah. Jika dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Survei Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia menemukan jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 2,3 juta dan 30% di antaranya dilakukan oleh remaja.
Menurut National Abortion Federation, sebanyak 4 dari 5 wanita di Amerika telah melakukan hubungan seks sebelum usia 20 tahun, dan sebanyak 70 persennya adalah remaja. Karena mental yang belum siap, mereka pun melakukan aborsi. Pengetahuan seks yang kurang menjadi salah satu pemicunya.
Kecanduan Game
Terlalu sering bermain game akan membahayakan fisik dan psikologisnya. Seperti dikutip dari PsychiatricTime, alasan anak-anak bermain game adalah ingin mencoba sesuatu yang baru dan untuk menghilangkan stres akibat tugas sekolah atau karena suatu masalah.
.
Perubahan ideologi
Masa remaja sering dikaitkan dengan masa mencari jati diri. Akibatnya mereka mudah dimasuki ideologi-ideologi dari luar dan jika ideologi itu terus dipupuk akan menyebabkan sifat idealis di kemudian hari. Sifat idealis yang terus berkembang bisa menyebabkan perbedaan pandangan dengan keluarga, dan akhirnya remaja memilih melepas keluarga dan melanjutkan ideologinya.
Perbedaan struktur otak.
Remaja putri yang mempunyai sikap anti-sosial dan masalah perilaku ternyata memiliki struktur otak yang berbeda dibandingkan remaja biasa lainnya.
Hal ini ditemukan melalui penelitian terhadap 40 remaja putri yang diterbitkan dalam The Journal of Child Psychology and Pcychiatry. Mereka melakukan pemindaian terhadap otak 22 remaja yang memiliki kelainan perilaku dan 20 remaja yang berperilaku biasa.
Penelitian ini menemukan adanya perbedaan struktur otak yang berkaitan dengan wilayah empati dan emosi. Bagian amygdala pada remaja putri yang memiliki masalah perilaku lebih kecil dibandingkan dengan remaja putri yang tidak memiliki masalah perilaku.
Amygdala adalah bagian otak yang berkaitan dengan rasa takut atau merasakan ketakutan orang lain pada diri remaja tersebut. Sementara itu, bagian lain yang disebut insula pada remaja putri bermasalah juga lebih kecil. Insula berkaitan dengan emosi dan pemahaman terhadap perasaan orang lain.
Sebelumnya, penelitian serupa juga menemukan hasil yang sama pada remaja laki-laki.
"Penyebab perubahan struktur otak ini bisa dikarenakan kelainan sejak lahir, yaitu adanya disfungsi otak. Namun juga bisa diakibatkan oleh pengaruh lingkungan yang menekan anak sejak kecil," jelas Dr Andy Calder, seperti dilansir oleh BBC (22/10).
Peneliti menyarankan agar orang tua melakukan pemindaian otak sejak dini untuk mengetahui risiko kelainan perilaku pada remaja. Pemindaian juga bisa dilakukan ketika remaja mulai bermasalah dengan perilaku, sebelum membawa mereka ke psikolog.sebagai orang tua kita harus lebih peka mendeteksi perkembangan anak dan remaja sehingga penyimpangan yang terjadi dapat diatasi sedini mungkin.